Friday, March 8, 2013
Cerita Pendek "Loveable"
You’re loveable baby, because of you, I can see the love even I can’t
You make my eyes open although the truth now, my eyes are closed forever :)
Lonceng restoran berbunyi di malam tahun baru, seorang laki-laki mengenakan topi rajutan berwarna navy dan syal coklat yang dililitkannya di lehernya masuk ke dalam restoran. “Yumi, di luar dingin sekali.”
“Akira, masuklah. Akan kubuatkan the hangat.” Yumi memegang lengan Akira yang ditutupi oleh sarung tangan dan membawanya duduk disampingnya.”Darimana saja kau tadi? Mengapa ku telepon tidak aktif?”
“Sinyal cintaku berada di hatimu, bagaimana bisa handphone-ku tetap ada sinyal kalau kau merampas semua sinyal yang dunia miliki?” Wajah Akira terlihat serius yang kemudian disambut tawa nakal tiga detik kemudian.
“Oh, hentikan. Itu sangat menggelikan.” Yumi tertawa, senyumnya yang manis membuat Akira terus memperhatikan wajahnya. Tiba-tiba ia berdiri. Berjalan ke belakang Yumi dan merangkulnya dari belakang.
“Ahh, begini baru hangat. Coba saja, aku tadi berjalan sambil berpelukan denganmu. Mungkin aku tidak akan kedinginan sama sekali.” Yumi menoleh, dilihatnya Akira yang sudah bertengger manis di bahunya, merangkulkan kedua tangannya pada leher Yumi.
“Akira, bagaimana kalau nanti ada pengunjung? Aku kan malu.” Pipi Yumi memerah.
“Tidak apa-apa, biarkan saja mereka mengerti Yumi hanya milikku seorang.”
“Akiraa..” Yumi tersenyum lembut.
“Kau tahu Yumi, terkadang aku melupakan fakta bahwa ketika kau tersenyum, kau sangat cantik sekali. Bagaimana bisa ya aku melupakannya?”
“Apa maksudmu?” Yumi benar-benar tidak dapat berkata-kata. Pria yang ada di dekatnya ini sempurna, Akira adalah masa depannya.
“Tidak enak memanggilmu sebagai Yumi, bagaimana kalau kau kupanggil Nyonya Akira?” Akira mengeluarkan sebuah cincin berlian berwarna perak dengan bunga dandelion putih di dalam kotak merah kecil dan menghadapkannya di depan Yumi. “Yumi, kau adalah masa depanku. Menikahlah denganku.”
***
Sebulan kemudian..
“Akira berkata, Yumi, kau adalah masa depanku. Menikahlah denganku.” Ucap Yumi di depan teman-temannya di salahs atu toko gaun pengantin yang ada di tengah Kota Tokyo yang bersalju.
“Betapa romantisnyaa..” Kiriko, seorang teman dekat Yumi tersenyum kecil membayangkan kejadian itu.
“Akira memang benar-benar romantis.” Ucap seorang desainer baju pengantin yang sudah akrab dengan Yumi.
“Jadi, kapan resepsi pernikahannya? Mengapa begitu berbelit-belit? Semakin cepat akan semakin baik.” Kiriko menimpali. Yumi tersipu-sipu malu mendengar perkataan Kiriko yang begitu frontal. Dilihatnya layar handphone-nya. Tidak ada sms balasan dari Akira dan telepon darinya tidak diangkat. Kemana pria itu sekarang? Akira memang sangat senang membuat orang laing bingung, keluhnya dalam hati. “Dua minggu lagi, kami sudah membicarakannya secara matang. Tinggal mempersiapkan yang diperlukan saja.”
“Ahh, andaikan saja kisah cintaku seromantis itu.” Kiriko memegang kedua pipinya dan matanya menyipit.
“Kau terlalu banyak berkhayal Kiri. Eh, Yumi karena badanmu sudah kuukur, beberapa hari lagi akan kutunjukkan rancangan gaun pengantin balloon yang kau inginkan itu.”
“Baiklah, aku harus pulang dulu, neesan. Sudah malam dan Akira benar-benar tidak menelepon.” Pamitnya pada desainer muda itu dan Kiriko.
Ia berjalan melintasi jalanan ramai Tokyo yang bersalju dan dipenuhi lampu-lampu. Setiap hari ia melangkah, rasanya kakinya semakin berat. Sebenarnya hatinya yang berat, namun semangat hidupnya mati karena setelah satu minggu kemudian setelah Akira tidak menelepon dan tidak mengabari Yumi, ia benar-benar telah menghilang entah kemana!
Tokyo, Jepang
17.30
Tokyo memang selalu dipadati penduduk yang mayoritas pulang kerja di sore hari. Jalanan penuh, trotoar penuh, kendaraan umum penuh. Jadi lebih baik Yumi berjalan kaki sambil menikmati daun-daun hijau yang mulai tumbuh kuncup di setiap pohon. Walaupun musim semi membawa kebahagiaan dan berkah, hatinya seolah-olah kosong. Sial, kemanapun ia pergi rasanya wajah Akira yang telah menghilang beberapa minggu tanpa kabar. Beberapa kali ia mengejar sosok itu, namun ia terpaku mendapati orang lain lah yang ia panggil, Bukan Akira. Akira miliknya.
Ia tidak mudah menyerah. Tempat kerja, apartemen, keluarga, teman-temannya dan banyak cara ia lakukan untuk mencari Akira. Tetapi hasilnya nihil. Lelaki yang dicintainya itu menghilang bagaikan debu yang ketika ia genggam justru terlepas dari genggamannya.
Akira! Di sudut jalan seorang lelaki bertopi biru sedang memakan es krim potong sendirian. Yumi berlari menerobos kerumunan orang, berlari mendekati sosok Akira-nya itu.
“Akira..” Yumi menepuk pundaknya. Seorang lelaki asing dengan kening berkerut menatapnya aneh. Beberapa detik kemudian Yumi seperti kehilangan keseimbangan pikirannya, ia menarik lelaki itu dan berteriak keras, “Dimana Akira?! Dimana?” Lelaki itu berusah melepaskan cengkraman Yumi yang begitu keras dan berlari menjauhinya sambil memaki Yumi beberapa kali. Ia kembali terpaku. Kejadian ini sudah terjadi berpuluh-puluh kali dalam waktu beberapa minggu. Pikirannya mulai tidak waras, ada beberapa saraf di otaknya yang memaksanya untuk melihat Akira dengan matanya, bukan mata hatinya.
Yumi berjongkok dan menelungkupkan kepalanya pada kedua kakinya sambil menangis, tindakannya itu memicu perhatian orang walau mereka tak berani mendekatinya. Beberapa menit kemudian Yumi berdiri dan berjalan pulang.
Akira! Dilihatnya seorang laki-laki berdiri bergandengan bersama wanita sambil memakai kacamata hitam dan syal coklat. “Arrrghhhh..” Yumi berteriak. Kepalanya sakit, ia ingin berhenti melihat Akira. Ia ingin Akira itu menghilang dalam pikirannya. Ditutupnya kedua matanya dengan telapak tangannya untuk beberapa saat sampai sosok itu menghilang, kemudian ia berjalan dengan perasaan aneh yang belum pernah ia rasakan untuk beberapa minggu tanpa Akira.
***
Metode itu benar-benar berhasil, ketika Yumi melihat Akira ia menutup matanya untuk satu menit, sosok Akira akan menghilang. Awalnya memang aneh, namun lama kelamaan tubuh dan pikirannya jadi terbiasa. Kiriko dan Aya chan juga mulai berusaha membiasakan diri untuk melihat keadaan Yumi. Kedua sahabatnya itu mengerti apa yang Yumi rasakan dan alami, bahkan mungkin jika mereka berada di posisi itu mereka akan frustasi mendadak.
“Yumi..” Ucap Kiriko lembut. Mata Yumi menerawang kosong, seolah memandang hal-hal yang tidak dapat terulang kembali, masa lalu.
“Eh, iya.. Ada apa?” Lamunannya buyar. Semua orang di dunia ini juga pasti akan tahu bahwa Yumi sedang memikirkan tunangannya yang tiba-tiba menghilang.
“Apa kau baik-baik saja?”
“Tentu, kapan aku tidak baik-baik saja?” Yumi tersenyum resah.
“Saat ini, kemarin, minggu yang lalu, hari semenjak Akira menghilang dari hidupmu.”
Yumi menggertakkan giginya. Matanya bergetar dan berkaca-kaca, namun segera ditepisnya perasaan kehilangan itu. “Ah, mungkin ia memang tidak mempercayaiku sebagai pasangannya. Makanya ia meninggalkanku.”
“Yumii..” Ucap Aya lembut, “Mungkin Akira mempunyai sebuah alasan sampai meninggalkanmu dan pesta pernikahannya.”
“Alasan sebesar apakah sampai ia tidak merasakan kesedihanku?” Yumi mendesah panjang dan lelah, lelah yang teramat sangat.
***
Hari itu di tengah-tengah taman kota Tokyo, Yumi sedang bermain sepatu roda sambil mendengarkan lagu lewat headphone miliknya. Burung-burung berkicau sambil bermain air di dalam air mancur kecil dengan patung Angel of Heaven di tengahnya sedang mengeluarkan air dari mulutnya. Sinar matahari emas kekuningan masuk lewat celah-celah pohon yang rindang dan besar. Tokyo, kau bawa kemana kekasih hatiku yang telah menghilang sebulan ini? Ucap Yumi dalam hati. Semua orang boleh mengiranya gila, namun ia benar-benar mencintai lelaki itu. Akira. Ingin sekali rasanya Yumi bertemu dengan Akira, memeluknya erat dan ia akan berjanji sampai mati, tak akan melepaskan pelukannya. Air mata Yumi menetes, satu demi satu.
Akira! Mata Yumi terbelalak. Akira mengenakan kemeja santai dan jeans yang benar-benar ia kenal. Baju yang pertama Akira kenakan ketika bertemu Yumi. Dengan gerakan cepat, Yumi menutup matanya sangat erat sampai semuanya gelap, dan menutup matanya dengan kedua tangannya sambil menangis. Akiraa, mengapa aku tidak dapat melihatmu? Mengapa Akira? Mengapa justru ketika sosokmu hadir, aku harus menutup mataku dan berhenti melihatmu?
***
Yumi berjalan pelan dengan lemah sehabis pulang dari taman kota, dilepasnya sepatu rodanya dan dimasukkan kedalam tas kemudian ia menggunakan sepatu santai sambil berjalan-jalan menelusuri Kota Tokyo untuk berusaha merupakan Akira-nya. Dilihatnya seorang anak kecil sedang berdiri di depan toko permen, seorang anak laki-laki dengan topi syal berwarna navy. Yumi tersenyum pelan, masuk ke dalam sebuah candy shop itu dan membeli dua lollipop besar dibelinya dengan cepat dan berlari keluar menuju tempat anak laki-laki itu berdiri. Yumi berdiri sambil tersenyum semanis mungkin, “Anak yang manis.. Ini kubelikan permen untukmu.”
Laki-laki kecil itu menoleh ke arah Yumi dan tersenyum kemudian dengan cepat dan senang mengambil permen tersebut dari tangan Yumi. “Trimakasih kakak cantik.” Ia kemudian berlari ke arah persimpangan jalan dan menyebrang ketika traffic light menunjukkan lampu hiaju untuk para pejalan kaki. Yumi mengikutinya dengan langkah pelan dari belakang. Ketika ia berada di pinggir persimpangan jalan, lampu untuk pejalan kaki berubah menjadi merah. Di tengah desakan para pejalan kaki, Yumi melihat Akira secara gamblang! Dengan kacamata hitam dan sweater abu-abu, di hari terakhir ia melihat Akira. Sial! Akira tidak sendirian. Ia bersama seorang gadis dengan rambut dikepang dua yang melilitkan tangannya pada lengan Akira. Akira, benarkah sekarang kau sedang bersama wanita lain?
Yumi menutup matanya dengan kedua tangannya secepat kilat. Hampir saja gadis lugu itu meneteskan air matanya kalau tidak ada seorang gadis asing menyentuh pundaknya, “Yumi?”
Yumi membuka matanya. Gadis itu! Gadis dengan rambut dikepang dua yang baru saja ia lihat bersama Akira. “Benarkah namamu Yumi?” Yumi mengangguk, baru saja ia mau bertanya jika tidak keburu gadis itu menyahut dengan wajah senang dan mata berbinar-binar, “Yumi, kami mencarimu hampir selama tiga minggu!” Ia bersorak senang dan memelukku. Siapa gadis ini sebenarnya? Apa yang diinginkannya?
***
“Benarkah namamu Yumi?” Yumi mengangguk, baru saja ia mau bertanya jika tidak keburu gadis itu menyahut dengan wajah senang dan mata berbinar-binar, “Yumi, kami mencarimu hampir selama tiga minggu!” Ia bersorak senang dan memelukku. Siapa gadis ini sebenarnya? Apa yang diinginkannya?
“Untuk apa? Siapa kau sebenarnya?” Wajah Yumi membuat kerutan-kerutan halus di bagian dahi dengan alis yang mengangkat penuh selidik. Gadis itu menjelaskan sesuatu, sesuatu yang membuatnya kembali ke masa lalu terkelamnya, mencelupkannya ke segitiga Bermuda dan seakan membuat perasaannya hilang di dalamnya..
27 hari yang lalu..
Seorang laki-laki Jepang menghentikan mobilnya di sebuah katedral atau yang di Tokyo disebut gereja di sebuah desa kecil yang sangat jauh dari Tokyo. Desa itu dipenuhi hutan-hutan dan pemukiman penduduk yang sangat sedikit. Desa dimana ia dibesarkan.
Akira memasuki gereja itu dan berbicara pada seorang pendeta disana tentang resepsi yang akan ia laksanakan di gereja yang indah itu. Beberapa jam disana, Akira kembali ke dalam mobil dan tersadar, jalanan desa itu sangat gelap dan lampu mobilnya mati. Terpaksa ia mengemudi pelan-pelan, berharap tidak ada sesuatu yang buruk terjadi.
BRAAAAAKKKK!! Mobil hitam milik Akira menabrak pepohonan pinus dan jatuh ke jurang. Seorang wanita di pinggir hutan segera berlari sambil membawa lampu minyak mencari asal suara tersebut, melihat lelaki kota terpental jauh ke dalam jurang dalam keadaan pingsan dan darah bercucuran di bagian kepalanya, pecahan kaca mobil masuk ke dalam matanya, IA SEKARAT!
***
“Ia tidak dapat melihat apapun, ketika pertama kali ia tersadar yang dilakukannya adalah berteriak dan memanggil nama Yumi. Ia tidak mau membuka mulutnya, dan aku merawat luka-lukanya hingga sembuh total. Setiap malam, aku mendengarnya mengigau dan meamnggil-manggil namamu Yumi. Jadi, aku membawanya ke Tokyo untuk mencarimu. Akira benar-benar tidak mau membuka mulutnya selain mengucapkan namamu, jadi hanya nama Yumi dan foto wajahmu yang terdapat di dompet Akira yang bisa kugunakan sebagai petunjuk.”
Yumi menutup mulutnya yang bergetar dengan tangan kanannya. Air matanya tidak berhenti mengalir. Akira buta? Benarkah? Lalu ia tidak pergi menghilang karena membenciku?
Yumi memeluk Keishan dan merasa perih sekaligus senang. Beberapa saat kemudian ia tersadar ia harus melihat Akira dan melihat ke arah seberang persimpangan jalan.
Akira! Dengan sweater abu-abu dan kacamata hitam yang dikenakannya. Hatinya miris dan perih melihat lelaki yang ia cintai itu. Benarkah Akira yang ia lihat sekarang adalah sebuah kenyataan dan bukan mimpi atau khayalannya lagi? Apakah ketika ia kembali menutup matanya, Akira akan menghilang lagi?
“Akiraaaaaa..” Yumi berteriak begitu keras hingga membuat banyak sekali orang melihat ke arahnya. Ia takut membuka matanya, Yumi menutup matanya begitu erat, berharap sosok Akira untuk kali ini tidak akan menghilang lagi. Tuhan, jika memang Akira yang kulihat kali ini tidak akan menghilang begitu saja, ijinkan kukatakan padanya betapa aku mencintainya, merindukan kehadiran sosoknya. Dan kalaupun akhirnya ia bukan jodohku, biarkan aku melihatnya dan meninggalkannya dengan tenang.
Akira terlonjak kaget. Hatinya berteriak keras memanggil nama Yumi, ia ingin mengejar Yumi, memeluk gadis itu dan mengatakan betapa kerasnya ia tidak mau kehilangannya. Dilemparnya tongkat penuntunnya, ia berlari ke arah suara tersebut tanpa menyadari traffic light menunjukkan warna merah untuk para pejalan kaki. Beberapa orang yang melihatnya hampir saja mencegahnya, namun gerakan Akira sangat cepat dan..
BBRAAAAAKKK! Sebuah sedan abu-abu menabrak tubuhnya, tepat di arah kepalanya dan membuatnya tergeletak jatuh di jalan beraspal. Yumi membuka matanya, dilihatnya lelaki kecintaannya itu masih ada di depannya, namun sudah tak bergerak.
“Akiiraaaaaaa!!” Yumi berlari secepat mungkin, mendapatkan Akira yang sekarat dikerubuni banyak orang. “Akiraa..” Yumi terisak.
Akira memegang halus pipi Yumi dengan tangannya yang penuh darah. “Yumi..”
“Katakan..” Ucap Yumi cepat. Napasnya tersengal, jantungnya hampir saja meledak melihat keadaan Akira.
“Kumohon tolong, jangan lihat aku.” Yumi tercekat, napasnya naik-turun dan tidak dapat diatur. “Berhentilah mengkhawatirkanku dan mencariku di setiap saat, percayalah aku tetap ada disana.” Akira menunjuk hati Yumi. Membuatnya merasa menemukan cinta sejatinya.. Akira bersusah payah mengatur kembali kata-katanya sambil menahan sakit dan luka di kepala dan sekujur tubuhnya yang mulai membeku “Berjanjilah padaku, di dunia sana kau tetap akan menjadi milikku. You’re lovable babe..” Akira tersenyum indah, dan tiba-tiba saja napasnya berhenti. Membiarkan tubuhnya yang fana itu dipeluk dengan erat oleh Yumi.
“Aku berjanji..” Ucap Yumi lirih sambil tersenyum, senyum perih yang penuh janji dan misteri..
You’re loveable baby, because of you, I can see the love even I can’t
You make my eyes open although the truth now, my eyes are closed forever :)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment